ATAMBUA |BELUPOS.Com)— Ziarah kecil itu hanya berisi 25 orang, tetapi jejak spiritualnya jauh lebih dalam daripada langkah kaki mereka. Pada Sabtu pagi, 9 November 2025, umat Lingkungan St. Vincent A. Paulo, KUB 1 Santa Faustina, Paroki Bakalkuneru, berangkat menapaki Porta Sancta—Pintu Suci—sebuah ritual lintas abad yang hanya dibuka sekali dalam 25 tahun.
Dari Katedral Santa Imaculata, rombongan dilepas dengan misa singkat oleh Deken Belu Utara, Rm. Agustinus Berek Seran, Pr. Tepat pukul 10.00, perjalanan rohani itu dimulai. Kapela Seminari Lalian menjadi persinggahan pertama, kemudian Paroki Halilulik, Gua Maria Bitauni, Kapela Maria Siti Bitauni, hingga Gereja Santa Theresia Peboko. Titik akhirnya adalah Paroki Sasi, tempat para peziarah menutup rangkaian dengan hening yang panjang dan doa yang pelan.
Setiap persinggahan menghadirkan ibadat sederhana: intensi pribadi, permohonan, dan penguatan iman—doa-doa pendek yang justru melahirkan gema panjang dalam hati mereka. Ziarah ini bukan soal jarak, tetapi perjalanan batin yang ditata oleh ritme doa.
Salah satu peserta, Stanis Bria Seran, merangkum pengalaman itu dengan kalimat yang menggigit.
“Porta Santa ini bukan hanya tradisi. Bagi saya, ia menjadi cara untuk memperkokoh iman Katolik, dari dalam—pelan, tetapi pasti.”
Dalam dunia yang bergerak cepat, ritus yang berlangsung setiap seperempat abad ini mengajak umat Katolik kembali menunduk, mengingat bahwa iman tumbuh bukan karena tergesa-gesa, melainkan karena kesediaan untuk berhenti sejenak dan memasuki pintu batin sendiri.
Ziarah sehari itu mungkin telah selesai, tetapi langkah iman para peziarah—itulah yang baru dimulai.















